Jumat, 10 Agustus 2012

MIKORIZA MIKROORGANISME SAHABAT TANAMAN

Salam Tani !! Dalam setiap kehidupan mahluk hidup pasti akan terjadi kontak dan hubungan dengan mahluk hidup lain, baik itu sejenis atau jenis yang lain.  Jenis hubungan ini ada dua macam, yaitu bisa menguntungkan dan bisa juga merugikan. Kalau menguntungkan biasa kita sebut mutualisme, jika merugikan disebut parasitisme. Demikian juga dalan dunia tanaman, ada mikroorganisme yang merugikan seperti Fusarium sp, Phytopthora sp, Pytium sp, Xanthomonas sp dll yang bisa menyebabkan penyakit tanaman. Ada pula mikroorganisme yang menguntungkan tanaman seperti PGPR, Trichoderma sp, Corynebacterium sp, Beveria sp dll yang pernah maspary tulis di Gerbang Pertanian beberapa waktu yang lalu. Kali ini maspary akan kembali membahas tentang mikroorganisme yang menguntungkan tanaman yaitu mikoriza mikroorganisme sahabat tanaman.

Menurut maspary Rekan-rekan Gerbang Pertanian wajib tahu tentang mikroorganisme yang satu ini.

Apa mikoriza itu ?
Mikoriza adalah jamur yang hidup dan bersimbiosis diperakaran tanaman yang berhubungan saling menguntungkan (mutualisme) dengan akar tanaman tersebut.
Kenapa saya kasih judul “mikoriza mikroorganisme sahabat tanaman” karena memang kedua mahluk hidup tersebut (tanaman dan mikoriza) berhubungan saling menguntungkan. Tanaman membantu kehidupan mikoriza dengan memberikan karbohidrat untuk makanan mikoriza dan mikoriza juga memberikan beberapa keuntungan bagi kehidupan tanaman tersebut. Saya tidak akan membicarakan jenis-jenis mikoriza, dan bagaimana proses mikoriza menginfeksi tanaman atau hal-hal lain yang merupakan bagian peneliti untuk menjelaskannya.
Maspary kali ini hanya akan sedikit berbagi dengan rekan-rekan Gerbang Pertanian tentang manfaat mikoriza dan lain waktu kalau memungkinkan akan kita bahas tentang cara pembuatan mikoriza.

Manfaat / fungsi mikoriza bagi tanaman adalah :
  1. Fungsi yang pertama dan yang paling utama adalah bisa meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan adanya mikoriza diperakaran, tanaman akan tumbuh lebih subur. Bahkan ada peneliti yang mengatakan jika pada akan tanaman tahunan tertentu diberi mikoriza maka tanaman tersebut bisa tumbuh 6-15 kali lebih besar pada umur 2 tahun. Demikian juga tanaman yang lain juga akan tumbuh lebih subur jika diberikan mikoriza seperti jagung, kedelai, padi, cabai, tomat, terong dll.
  2. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit akar/ penyakit tanah dan serangan nematoda akar (hewan sejenis cacing kecil yang merusak tanaman). Dengan pemberian mikoriza biasanya tanaman akan lebih tahan terhadap serangan mikroorganisme yang merugikan tanaman seperti Fusarium sp penyebab layu, Phytopthora sp penyebab layu, Pytium sp penyebab rebah kecambah pada pembenihan. Mikoriza mampu menghasilkan minyak atsiri yang bersifat racun bagi jamur penyakit. Selain itu mikoriza juga akan mengambil persediaan makanan bagi jamur penyebab penyakit tersebut.
  3. Meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara yang ada dalam tanah, terutama unsur P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg. Kerjasama yang saling menguntungkan antara mikoriza dan tanaman dilakukan dengan cara tanaman memberikan sisa karbohidrat dan gula yang tidak terpakai kepada mikoriza, dan ditukar dengan unsur-unsur P, Ca, N, Cu, Mn, K dan Mg oleh mikoriza.
  4. Mikoriza menghasilkan ZPT (Zat Perangsang Tumbuh) di perakaran tanaman sehingga tanaman bisa tumbuh lebih subur dan tidak mudah stres ketika mendapat cekaman lingkungan. Cuma ZPT apa saja yang diberikan mikoriza maspary juga belum tahu, tapi menurut penelitian demikian adanya.
  5. Mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara oleh akar karena dibantu oleh miselium jamur mikoriza eksternal dengan memperluas permukaan penyerapan akar. Miselium mikoriza mampu masuk dalam celah/ pori tanah yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dimasuki bulu-bulu akar tanaman.
  6. Mengurangi stres tanaman dalam kondisi kekurangan air, karena akar tanaman dibantu mikoriza dalam penyerapan air sehingga akar memiliki jangkauan lebih panjang dalam tanah. Menurut informasi jangkauan miselium mikoriza bisa mencapai 10-15 m. Sehingga mikoriza sangat bagus digunakan untuk budidaya tanaman perkebunan seperti jabon, jati, akasia dll
  7. Mikoriza dapat meningkatkan aerasi (ketersediaan udara) dalam tanah. Menurut maspary fungsi ini berhubungan dengan kemampuan mikoriza dalam memperbaiki agregat tanah.
  8. Memacu perkembangan mikroba saprofitik non patogenik disekitar perakaran sehingga tanaman lebih sehat dan lebih subur.


Berikut gambar akar tanaman yang diselimuti mikoriza yang diperbesar

akar-yang-diselimuti-hifa-mikoriza

Maspary melihat betapa penting  8 fungsi mikoriza bagi tanaman tersebut diatas, sehingga sangat layak kalau kita berfikiran alangkah baiknya kalau si mikroorganisme yang satu ini kita kembangkan dan kita gunakan untuk membantu kita para petani dalam membudidayakan tanaman. 
Demikian sekelumit cerita tentang mikoryza dari maspry, semoga bisa memberikan tambahan wawasan dan bermanfaat bagi kita semua.


Maspary
Sumber : http://www.gerbangpertanian.com/2012/02/mikoriza-mikroorganisme-sahabat-tanaman.html

Senin, 23 Juli 2012

Khasiat Unsur Hara Bagi Tanaman

Tiap-tiap unsur hara mempunyai fungsi/khasiat tersendiri dan mempengaruhi proses-proses tertentu dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
Berikut ini uraian singkat fungsi/khasiat unsur hara bagi tanaman, yakni:
1. Karbon (C)
Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02.
2. Oksigen
Terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk pembangunan bahan organik, diambil dari tanaman berupa C02, sumbernya tidak terbatas dan diperlukan untuk bernafas.
3. Hidrogen
Merupakan elemen pokok pembangunan bahan organik, sumbernya dari air dan jumlahnya tidak terbatas.
4. Nitrogen (N)A
Diambil dan diserap oleh tanaman dalam bentuk : NO3- NH4+
Fungsi Nitrogen bagi tanaman adalah:
a. Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar.

b. Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.
c. Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik.
d. Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.
e. Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah.
Adapun sumber Nitrogen adalah :
a. Terjadi halilintar di udara ternyata dapat menghasilkan zat Nitrat, yang kemudian di bawa air hujan meresap ke bumi.

b. Sisa-sisa tanaman dan bahan-bahan organis.
c. Mikrobia atau bakteri-bakteri.
d. Pupuk buatan (Urea, ZA dan lain-lain)
5. Fosfor
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk : H2PO4- HPO4–
Secara umum, fungsi dari Fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda.

b. Mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa dan menaikkan prosentase bunga menjadi buah/biji.
c. Membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.
d. Sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu.
6. Kalium (K)
Diambil/diserap tanaman dalam bentuk : K+
Fungsi Kalium bagi tanaman adalah :
a. Membantu pembentukan protein dan karbohidrat.

b. Berperan memperkuat tubuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
c. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.
d. Meningkatkan mutu dari biji/buah.
Sumber-sumber Kalium adalah :
a. Beberapa jenis mineral.

b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis.
c. Air irigasi serta larutan dalam tanah.
d. Pupuk Buatan (KCl, ZK dan lain-lain)
e. Abu tanaman misalnya: abu daun teh muda mengandung sekitar 50% K2O
7. Kalsium (Ca)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Ca++
Fungsi kalsium bagi tanaman adalah:
a. Merangsang pembentukan bulu-bulu akar

b. Berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari tanaman
c. Memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji
d. Menetralisir asam-asam organik yang dihasilkan pada saat metabolisme
e. Kalsium yang terdapat dalam batang dan daun dapat menetralisirkan senyawa atau suasana keasaman tanah
8. Magnesium (Mg)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mg++
Fungsi magnesium bagi tanaman ialah:
a. Magnesium merupakan bagian tanaman dari klorofil

b. Merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic pyrophosphatse dan Carboxy peptisida
c. Berperan dalam pembentukan buah
Sumber-sumber Magnesium adalah:
a. Batuan kapur (Dolomit Limestone) CaCO3MgCO3

b. Garam Epsom (Epsom salt) MgSO4.7H2O
c. Kleserit MgSO4.H2O
d. Magnesia MgO
e. Zat ini berasal dari air laut yang telah mengalami proses sedemikian:
Mg Cl2 + Ca(OH)2 ——– Mg (OH)2 + Ca Cl2
Mg (OH)2—-panas—— Mg O + H2O
f. Terpentin Mg3SiO2 (OH)4
g. Magnesit MgCO3
h. Karnalit MGCl2KCl. 6H2O
i. Basic slag
j. Kalium Magnesium Sulfat (Sulfat of Potash Magnesium)
9. Belerang (Sulfur = S)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: SO4-
Fungsi belerang bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar

b. Merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein dalam bentuk cystein, methionin serta thiamine
c. Membantu pertumbuhan anakan produktif
d. Merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain
e. Membantu pembentukan butir hijau daun
Sumber-sumber belerang adalah:
a. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

b. Bahan ikutan dari pupuk anorganik (buatan) seperti pupuk ZA dan pupuk Superfosfat
10. Besi (Fe)
Diambil atau diserap oleh tanaman dalam bentuk: Fe++
Fungsi unsur hara besi (Fe) bagi tanaman ialah:
a. Zat besi penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil)

b. Berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein
c. Zat besi terdapat dalam enzim Catalase, Peroksidase, Prinodic hidroginase dan Cytohrom oxidase
Sumber-sumber besi adalah:
a. Batuan mineral Khlorite dan Biotit

b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis
11. Mangan (Mn)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mn++
Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C

b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Sumber-sumber Mangan adalah:
a. Batuan mineral Pyroluste Mn O2

b. Batuan mineral Rhodonite Mn SiO3
c. Batuan mineral Rhodochrosit Mn CO3
d. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis
12. Tembaga (Cu)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cu++
Fungsi unsur hara Tembaga (Cu) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan dalam pembentukan enzim seperti: Ascorbic acid oxydase, Lacosa, Butirid Coenzim A. dehidrosenam

b. Berperan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil)
13. Seng (Zincum = Zn)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Zn++
Fungsi unsur hara Seng (Zn) bagi tanaman ialah:
a. Dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berperan dalam mendorong perkembangan pertumbuhan

b. Diperkirakan persenyawaan Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh (auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis
c. Berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji/buah
Seng dalam tanah terdapat dalam bentuk:
1. Sulfida Zn S

2. Calamine Zn CO3
14. Molibdenum (Mo)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mo O4-
Fungsi unsur hara Molibdenum (Mo) bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada leguminosa

b. Sebagai katalisator dalam mereduksi N
c. Berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran
Molibdenum dalam tanah terdapat dalam bentuk Mo S2
15. Boron (Bo)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Bo O3-
Fungsi unsur hara Boron (Bo) bagi tanaman ialah:
a. Bertugas sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman

b. Meningkatkan mutu tanaman sayuran dan buah-buahan
c. Berperan dalam pembentukan/pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk, juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar
d. Boron berhubungan erat dengan metabolisme Kalium (K) dan Kalsium (Ca)
e. Unsur hara Bo dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit
Boron (Bo) dalam tanah terdapat dalam bentuk:
a. Datolix Ca (OH)2 BoSiO4

b. Borax Na2 Bo4 O2. 10H2O
16. Khlor (Cl)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cl -
Fungsi unsur hara Khlor (Cl) bagi tanaman ialah:
a. Memperbaiki dan meninggikan hasil kering dari tanaman seperti: tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran

b. Banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman
c. Banyak terdapat pada tanaman yang mengandung serat seperti kapas, sisal
Disamping ke-16 unsur hara tersebut masih ada unsur-unsur lain yang berhubungan erat dengan tanaman yang akan diuraikan secara ringkas, yaitu:
1. Natrium (Na)
Natrium dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman apabila tanaman yang dimaksud menunjukkan gejala kekurangan Kalium (K).
Natrium dalam proses fisiologi dengan K, yaitu menghalangi atau mencegah pengambilan/penyerapan K yang berlebihan.
2. Silikum (Si)
Tanaman rumput-rumputan, seperti alang-alang dan padi ternyata banyak yang menyerap Si.
Dibandingkan dengan unsur hara N dan P, ternyata Si dalam tanaman lebih besar jumlahnya.
3. Nikel (Ni)
Unsur ini merupakan aktifator daripada enzim, dalam bentuknya yang kecil dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
4. Titan (Ti)
Unsur Titan selalu terdapat dalam tanaman, dan banyak terdapat pada nodula dan legum. Dengan pemberian Ti SO4 nodula akan bertambah sedangkan fiksasi menjadi lebih meningkat
5. Selenium
Jumlah yang berlebihan tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman, akan tetapi menimbulkan keracunan bagi binatang yang memakan tumbuhan tersebut.
6. Vanadium
Berfungsi mempercepat reproduksi azotobacter yang mengakibatkan meningkatnya fiksasi N dari udara.
7. Argon
Unsur Argon dibutuhkan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Kelebihan unsur ini dapat menyebabkan keracunan pada tanaman. Keracunan akar oleh Argon banyak terdapat pada tanah persawahan.
8. Yodium
Unsur yodium walaupun keadaannya sedikit ternyata diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sehat. [bp]

Sumber : http://badrussetiawan1.blogspot.com/2010/03/khasiat-unsur-hara-bagi-tanaman.html

PENGARUH UNSUR ESENSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan da produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna. Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial. Menurut ARNON dan STOUT ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial: a. Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal (biji - -- biji).
b. Unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain.
c. Peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung.
Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH. N pada pH 5.5 - 8.5, P pada pH 5.5 - 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 - 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah. Pelajaran penting yang perlu kita ingat dari ketersediaan unsur esensial dalam hubungannya dengan pH yaitu bahwa untuk melakukan percobaan-percobaan lapang disarankan agar dilakukan pada area dengan pH tanah kurang lebih 7. Hal ini disebabkan karena pada pH tersebut semua unsur hara esensial baik makro maupun mikro berbeda dalam keadaan yang siap untuk diserap oleh akar tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman. Dalam praktek lapang maupun demplot yang dilakukan sering mengabaikan faktor ini sehingga sering timbul klaim bahwa BISI-2 hanya keluar satu tongkol padahal BISI-2 dapat keluar 2 tongkol per tanaman dan lain kasus yang sering kita temui dilapang. Selanjutnya penulis mencoba untuk menunjukkan esensialitas dari tiap-tiap unsur.
CARBON, OKSIGEN, HIDROGEN (C, O, H)
Carbon , Oksigen dan Hidrogen merupakan bahan baku dalam pembentukan jaringan tubuh tanaman, berada dalam bentuk H2O (air), H2CO3 ( asam karbonat) dan CO2 (gas karbondioksida). Karbon adalah unsur penting sebagai pembangun bahan organik, karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik. Unsur Karbon ( C ), ini diserap tanaman dalam bentuk gas CO2 yang selanjutnya digunakan dalam proses yang sangat penting yaitu FOTOSINTESIS :
CO2 + H2O-------- C6H12O6
tanpa gas CO2 proses tersebut akan terhambat sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman pun akan terhambat.
Landegrardh (1924) menyatakan bahwa:
* CO2 pada permukaan tanah sekitar 0.053 - 0.28 %
* Diatas daun 0.04 - 0.06 %
* Satu meter di atas tanah + 0.07 %
Sama halnya dengan karbon, ternyata Hydrogen (H) merupakan elemen pokok pembangunan bahan organik dan unsur H ini diserap oleh tanaman dalam bentuk H2O. Esensi unsur ini bagi tanaman adalah pada proses fotosintesis ( CO2 + H2O C6H12O6 ) di sini jelas terlihat bahwa, unsur H sama pentingnya dengan unsur C. Sedangkan Oksigen ( O ) juga terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk pembangun bahan organik, diambil oleh tanaman dalam bentuk gas O2 esensi utama dari unsur. Oksigen ini adalah pada proses res-pirasi.Kita ingat bahwa proses respirasi tanaman adalah proses perombakan gula (karbohidrat) hasil fotosintesis dan hasil akhir dari dari proses respirasi yaitu terbentuknya ATP yang merupakan sumber energi utama bagi tanaman untuk melakukan semua kegiatan seperti absorbsi, transpirasi, transportasi, pembelahan sel, pembungaan maupun fotosintesis.
Aerobrespirasi
C6H12O6 CO2 + H2O
NITROGEN (N)
Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk ion NO3 dan (NH4 ). Ion mana yang akan lebih dahulu diserap tergantung pada keadaan pH. Pada pH di atas 7 ( keadaan basa) maka ion NH4 ( amonium) yang akan lebih cepat diserap sedangkan pada pH dibawah 7 ( keadaan asam ) maka ion NO3 ( nitrat) yang lebih besar peluang untuk diserap. Hal ini disebabkan karena pada pH di atas 7 ( ke adaan basa ) banyak terdapat ion (OH ) sehingga ion NH3 yang sama - sama valensi satu dan bermuatan negatif akan saling bersaing akibatnya ion NH4 yang berpeluang lebih besar untuk diserap sebaliknya pada pH rendah banyak tersedia ion H berarti ion NH4 yang sama-sama valensi satu dan bermuatan positif akan berkompetisi sehingga peluang ion NO3 untuk diserap akan jauh lebih besar. Kalau kita memberikan pupuk :
Urea .
CO(NH2)2 = O2--->2HNO2
+ 2H2O + Energi.
2HNO2 + O2---->2HNO3
-------H+
-------NO3- ( Diserap )
Sebaliknya kalau kita memberikan pupuk
* ZA (Amonium sulfat )
(NH4)2 SO 4----->2NH4 +(Diserap )SO4 (Diserap).
Tanaman tanaman seperti cabe,bawang,maupun tanaman tanaman yang menimbulkan bau yang menyengat disarankan pemberian N dalam bentuk ZA karena ion SO 4 yang mengandung unsur S (belerang ) akan membentuk senyawa-senyawa sekunder yang menyebabkan bawang dan cabe akan terasa lebih pedas.Walaupun demikian ,dilain sisi bila pemberian pupuk N dalam bentuk ZA terlalu sering akan menyebabkan turunnya PH sebab ion SO4 dalam tanah bereaksi dengan H+ membentuk senyawa H2SO4 (asam kuat ) dilain pihak pemberian S yang berlebihan akan meracuni Tanaman. Apa manfaat atau fungsi dari unsur N bagi pertumbuhan dan produksi tanaman ?. Esensialitas N terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terutama pada pertumbuhan vegetatif ( pertumbuhan akar, batang dan daun ).
NH4
NH3 asam protein
NO3 amino asam nukleat
Protein dan asam nukleat inilah yang dipakai untuk pengisian inti sel yang terus membelah dari satu menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya sehingga tanaman dapat tumbuh dan membesar. Suatu hal yang perlu diingat bahwa apabila pemberian N yang berlebihan akan menyebabkan rasa pahit seperti yang terjadi pada timun.
NH4
NH3 asam protein
NO3 amino asam nukleat
Bila pemberian N melalui pemupukan daun terlalu sering, maka NH3 akan tertimbun dalam tubuh tanaman, dilain pihak ada hambatan pem-bentukan protein dan asam nukleat menyebabkan tanam-an mencari alternatif lain yaitu pembentukan amida yaitu senyawa sekunder yang rasanya pahit. Sebab bila NH3 ini tertimbun dalam jumlah banyak justru akan berbalik meracuni tanaman.
PHOSPOR ( P )
Unsur ini diserap dalam bentuk ion H2PO4 , HPO4 dan PO4. Diantara ke-3 ion ini yang lebih mudah diserap adalah ion H2PO4 karena bermuatan satu ( valensi satu ) sehingga tanaman hanya membutuhkan sedikit energi untuk menyerapnya esensialitas dari unsur ini adalah:
1. Membentuk dalam penyusunan senyawa ATP yaitu senyawa berenergi tinggi yang dihasilkan dalam proses respirasi siklus kreb sehingga tanaman dapat melakukan semua aktifitas biokimianya seperti pembungaan, pembentukan sel, transpirasi, transportasi dan fotosintesus secara absorbsi.
2. Membentuk senyawa fitin ( Ca-Mg-inositol-6P) yang terdapat dalam biji tepatnya dalam endosperm untuk proses perkecambahan.
3. Membentuk DNA dan RNA untuk pembentukan inti sel
DNA Nukleotida
*Adenin
*Guanin Deoxsiribosa
*Timin fosfat
*Sitosin
RNA nukleotida
* Adenin
* Guanin Ribosafosfat
* Timin
*Uurasil
4. Membentuk senyawa fosfolipid yang berfungsi dalam mengatur masuk keluarnya (permeabilitas) zat-zat makanan didalam sel dan merupakan bahan dasar dari bagian sel.
KALIUM ( K )
Elemen ini diserap dalam bentuk hampir pada semua proses metabolisme tanaman, mulai dari proses penyerapan air, transpirasi, fotosintesis, respirasi, sintesa enzim dan aktifitas enzim. Esensi unsur K adalah sebagai berikut:
1. K merupakan elemen yang higrokopis ( mudah menyerap air) ini menyebabkan air banyak diserap didalam stomata, tekanan osmotik naik, stomata membuka sehingga gas CO2 dapat masuk untuk proses fotosintesis.
2. K berperan sebagai aktifitas untuk semua kerja enzim terutama pada sintesa protein.
BELERANG atau SULFUR ( S )
Unsur ini diserap oleh tanaman dalam bentuk ion HSO4 dan SO4 . Ion SO4 dalam jumlah banyak air berbalik meracuni tanaman. Unsur S mempunyai dua esensialotas utama pada tanaman yaitu:
1. Unsur S berperan sebagai senyawa penyusun dan pembentukan asam amino yang mengandung S yaitu sistein, sistin dan methionim. pertumbuhan dan per-kembangan tanaman legum, lili ( bawang) dan cabe. Dari teoritis ini disarankan untuk ke-3 jenis tanaman tersebut diberikan pupuk Za. Bila pembentukan asam amino terhambat otomatis pem-bentukan protein terhambat menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang karena pembelahan sel terhambat sebagai akibat dari tidak adanya protein asam nukleat untuk pengisian inti sel.
2. Unsur berperan sebagai penyusun Asetil CoA ( koenzin A), bila Asetil CoAtidak terbentuk, kan menghambat proses respirasi siklus kreb akibatnya ATP tidak ada yang terbentuk menyebabkan proses fotosintesis, pembelahan sel, pembungaan, absorbsi, trans-parasi, translokasi menjadi terhambat akibatnya per-tumbuhan terhambat.
KALSIUM (Ca)
Elemen ini diserap dalam bentuk Ca. Sebagaian basar terdapat dalam daun dan batang dalam bentuk kalsium pektat yaitu dalam lamella pada dinding sel yang menyebabkan tanaman menpunyai dinding sel yang lebih tebal sehingga tahan serangan hama dan penyakit. Fungsi fisiologis Kalium yang sangat penting dalam tubuh tanaman adalah dalam hubungan dengan sintesa protein yang dibutuhkan untuk pembelahan dan pembesaran sel-sel tanaman, disamping dapat menetralkan asam - asam organik yang dihasilkan pada proses metabolisme tanaman sehingga tanaman terhindardari keracunan, Selain berpengaruh pada pem-bentukan Net pada tanaman melon, elemen ini berperan dalam menaikkan pH.

MAGNESIUM (Mg)
Mg diserap dalam bentuk Mg. Esensi utama dari unsur ini adalah:
1. Merupakan bagian dari kloropil ( inti klorofil ) sehingga berhubungan langsung dengan proses penting fotosintesis.
2. Menjadi pengikat antara insin dan substrat sehingga kerja enzim bisa berjalan normal.
3. Menjadi bagian dari fitin yang terdapat dalam benih sehingga mempercepat proses perkecambahan benih.
Fitin Ca - Mg - Inositol - Gp
KLOR ( Cl )
Klor adalah suatu unsur esensial mikro yang mempunyai fungsi cukup penting bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Walaupun demikian kegunaan fisiologis dari unsur Cl sendiri bagi tanaman, belum banyakdiketahui orang. Hal ini disebabkan karena kurangnya penelitian - penelitian tentang unsur yang satu ini, disamping kurangnya literatur yang menulis tentang Cl ini secara mendetail dan jelas. Perlu diingat bahwa Cl adalah salah satu unsur esensial mikro, sehingga walaupun diperlukan hanya dalam jumlah sedikit oleh tanaman ( Mg - g/ tanaman ) tetapi unsur ini mutlak diperlukan oleh tanaman karena :
1. Fungsi dan peranan unsur ini tidak dapat digantikan dengan unsur lain.
2. Fungsi dan peranan bio- kemisnya secara spesifik.
3. Fungsi dan peranannya secara langsung dalam proses fisiologis tanaman.
Apa fungsi utama Cl bagi tanaman?
Cl diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Cl, ion ini mempunyai fungsi fisiologis yang sangat penting dalam proses fotosintesis tanaman terutama pada fase terang. Apabila ion Cl ini tidak tersedia maka proses fotosintesis akan terhambat, otomatis per-tumbuhan dan perkembangan tanamanpun akan terhambat.
6CO2 + 12H2O Sinar Cl
C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
Dalam proses fotosintesis fase terang, ion Cl berperan penting dalam transfer elektron didalam kloropil, sehingga terbentuk senyawa ATP berenergi tinggi dan senyawa inilah yang dipergunakan dalam fase gelap untuk pembentukan karbohidrat ( C6H12O6 ).
Apabila ATP tidak terbentuk pada fase terang, otomatis pembentukan karbohidrat pada fotosintesis fase gelap akan terhambat. Disini dapat terlihat bahwa betapa pentingnya fungsi ion Cl dalam proses fotosintesis fase terang.
Dari hasil analisa pada tanaman ternyata bahwa Cl banyak terdapat dalam abu tanaman (relatif besar) dan dari hasil penyelidikan ternyata Cl banyak terdapat pada tanaman yang mengandung serat seperti kapas. Pada tanaman tem-bakau dan tanaman yang meghasilkan tepung apabila Cl keadaannya lebih besar maka produksi tembakau dan tepung akan lebih jelek, pada jenis-jenis tanaman ini Cl diperlukan dalam jumlah sedikit. Bentuk Cl yang berracun pada tanaman akan tergantung pada iklim, sifat tanah dll. Dari hasil penyelidikan bentuk Cl yang lebih dari 0,1 % bagi tanaman pada umumnya akan me-nimbulkan keracunan, sedang-kan pada padi timbulnya keracunan apabila terbentuk Cl sekitar 0,3 %. Fungsi fisiologis lain dari unsur Cl adalah sebagai aktifitas enzim . Cl yang diserap dalam bentuk larut kebanyakan terdapat didalam cairan sel, dengan kandungan Cl yang bervariasi, dari 1 - 5 %. Bila ion Cl ini bereaksi dengan ion H akan membentuk senyawa asam klorida (HCl) yang merupakan salah satu jenis asam pekat yang dapat mematikan penyakit yang masuk kedalam tubuh tanaman. Defisiensi unsur Cl atau klorida dapat me-nimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal ( terutama pada tanaman sayur - sayuran ) daun tampak kurang sehat dan berwarna agak gelap. Biasanya tanaman tomat, cabe, gandum dan kapas menunjuk-kan gejala seperti itu.
BORON ( B)
Sebelum dijelaskan lebih terperinci esensi unsur boron bagi tanaman maka terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang sukrosa yang merupakan gula dalam bentuk larutan didalam tubuh tanaman. Sebagai mana kita tahu bersama bahwa hasil fotosintesis adalah C6H12O6 (Zat hidrat arang atau karbohidrat). Hidrat arang yang paling sederhana adalah monosakarida (CnH2nOn).
n = 2 - diosa (C2H4O2)
Glikoaldehid
n = 3 - triosa (C3H6O3)
Gliseraldehid
n = 4 - tetosa (C4H8O4)
Eritrosa
n = 5 - pentosa (C5H10O5)
Ribosa, Xilosa
n = 6 - hexosa (C6H12O6)
Glukosa, Galaktosa, Manosa, Fruktosa dll.
Gabungan dari dua molekul monosakarida disebut disakarida. Dalam hal ini glukosa + fruktosa = sukrosa. Jadi sukrosa adalah disakarida yang terbentuk dari kodensasi glukosa dan fruktosa. Gabungan tiga monosakarida disebut trisakarida dst. Di dalam tubuh tanaman sintesa sukrosa terjadi sewaktu atau setelah terjadi sintesa sukrosa dalam reaksi gelap pada daun yang telah dipetik dan diberi glukosa atau fruktosa.
Boron diserap oleh tanaman dalam bentuk BO3 .Unsur Boron mempunyai dua fungsi fisiologis utama adalah:
1. Membentuk ester dengan sukrosa sehingga sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah. Proses ini menyebabkan buah melon akan terasa lebih manis dengan aroma yang khas.
2. Boron juga memudahkan pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa untuk mempertebal dinding sel sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Bila tanaman kekurangan unsur Boron maka:
1. Dinding sel yang terbentuk sangat tipis, sel menjadi besar yang diikuti dengan penebalan suberin atau terbentuk ruang - ruang reksigen karena sel menjadi retak dan pecah akibat tidak terbentuk selulosa untuk mempertebal dinding sel. Hal ini menyebabkan rasa buah melon menjadi tidak manis, karena terlalu banyak air didalam ruang sel.
2. Pertumbuhan vegetatif akan terhambat karena akan terhambat karena Boron berfungsi sebagai aktifator maupun inaktifator hormon auxsin dalam pembelahan dan pembesaran sel.
3. Laju proses fotosintesis akan menurun. Hal ini disebabkan karena gula yang terbentuk dari karbohidrat hasil fotosintesis akan tertumpuk didaun. Sebagai informasi tambahan saat ini pupuk boron yang beredar dipasaran adalah Fitomic dan pupuk Borax ( Na2 Bo4O 10H2O ) dan Datolit ( Ca(OH)2 BoSiO4 ).
BESI ( Fe )
Unsur ini diserap oleh tanaman dalam bentuk kation Fe dan esensi dari unsur ini adalah:
1. Sebagai gugus prostetik enzim katalase dan peroksidase dan sebagai penyusun feredoxin yang terdapat dalam klorofil.
2. Didalam tubuh tanaman Fe berada sebagai penyusun Fitoferitin yaitu garam Feri Posfo Protein yang terdapat didalam kloroplas dan senyawa ini yang menentukan proses pembentukan klorofil kalau defisiensi Fe sebagai penyusun klorfil tetapi untuk pem-bentukan klorofil Fitoferitin yang mengandung Fe.
Dari dua esensi unsur Fe ini terlihat bahwa Fe berkaitan erat dengan klorofil yang berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Jadi kalau Fe defisiensi maka proses fotosintesis juga terhambat maka produksi pun terhambat.
MANGAN ( Mn )
Unsur ini diserap dalam bentuk Mn++. Unsur ini dalam tubuh tanaman mempunyai dua fungsi esensi:
1. Mn mengaktifkan enzim IAA Oksidate yang berfungsi memecahkan IAA ( Indol Acetic Acid ) yang tidak lain adalah hormon auksin. Bila tanaman kekurangan Mn maka auksin berada dalam konsentrasi tinggi dalam tubuh tanaman sehingga terjadi hambatan pertumbuhan ( tanaman kerdil ). Kita tahu bahwa auksin dalam kadar rendah memacu pembelahan dan pembesaran sel yang dimulai dari ekskresi ion H+ dari sitoplasma ke dinding sel, akibatnya tekanan pada dinding sel makin kuat, dengan adanya imbibisi air maka sel terbelah dan membesar yang mendorong pertumbuhan tanaman tanaman sebaliknya bila auksin berada dalam kadar tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Auxsin berfungsi untuk:
*Pembelahan dan pembesaran sel ( pertumbuhan tanaman).
* Mengaktifkan RNA untuk pembentukan protein di ribosom.
* Merangsang pertumbuhan kalus untuk menjadi akar.
* Merangsang perkecambahan benih.
2. Fungsi ke-2 Mn yang tidak kalah penting adalah: pada proses fotolisis air ( penguraian air ) sehingga terbentuk energi yang dapat digunakan tanaman untuk proses - proses meta-bolisme seperti absorbsi, transpirasi, pembelahan sel, pembungaan, pembentukan buah dll.
H2O------ 2H+ +2l + O2
Reaksi ini disebut juga reaksi Hill yang termasuk dalam fotosintesis fase terang.
SENG ( Zn )
Unsur ini diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn ++. Esensialitas dari unsur ini ialah:
1. Zn berhubungan dengan pertumbuhan tanaman sebab Zn menjadi katalisator pembentukan triptophan yaitu salah satu jenis asam amino yang menjadi prekursor (senyawa awal) dalam pembentukan IAA yang selanjutnya menjadi auksin yaitu hormon yang bekerja dalam perkecambahan, pembelahan dan pembesaran sel sehingga menentukan laju pertumbuhan vegetatif tanaman.
2. Zn merupakan bagian dari enzim amilum sintetase ( pembentukan gula menjadi amilum)
3. Zn sebagai penyusun enzim Karbonic anhidrase yang berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan per-tumbuhan.
H2O + CO2 --------- H2CO3
Sehingga H2O dan CO2 tersedia selalu untuk proses fotosintesis tanaman.
CUPRUN (Cu)
Unsur ini diserap dalam bentuk Cu ++. Jumlah unsur ini 2 - 20 ppm per gram berat kering.
Esensi dari unsur ini adalah:
1. Cu terdapat dalam kloroplas sebagai penyusun plastosianin dan stabilisator klorofil sehingga berhubungan juga dengan proses fotosintesis.
2. Dalam tubuh tanaman membentuk Cu(OH)2 yang dapat berfungsi sebagai basa kuat untuk mematikan penyakit yang masuk ke dalam tubuh tanaman.
3. Membentuk senyawa ( Cu (NH3)4)++ untuk mencegah terlalu banyaknya NH3 yang tertimbun di dalam tubuh tanaman karena NH3 yang berlebihan dalam tubuh tanaman akan bersifat racun.
Mo
Unsur ini diserap dalam bentuk MoO4- . Esensi unsur ini:
1. Sebagai aktivator dan penyusun enzim sitrat reduktase yaitu enzim yang bekerja membantu perubahan ion NO3- menjadi NH3 yang siap dipakai untuk pem-bentukan asam amino dan protein untuk pembelahan dan pembesaran sel.
Kerja enzim nitrat reduktase

NH3 ----- asam amino -----
protein dan asam nukleat (DNA dan RNA). Jadi NH3 adalah prekursor untuk selanjutnya membentuk asam amino dan asam amino membentuk protein dan asam nukleat.
2. Mo berperan pada metabolisme hormon tanaman. Kekurangan Mo maka per-tumbuhan terhambat karena kadar NO3 - menumpuk dalam tubuh tanaman.
BEBERAPA GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO
Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-pen-yimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda yang sebelumnya tampak layu dan mengering. Keadaan yang demikian akan merugikan petani dan tentu saja sangat tidak diharapkan oleh mereka.
Pada masa lampau ketika pupuk buatan ( anorganik ) belum diproduksi oleh pabrik -pabrik dalam negeri atau katakanlah ketika pupuk buatan masih sulit diperoleh dan kalaupun ada harganya sangat tinggi, para petani kita menyadari akan pentingnya " defisiensi desease " atau penyakit kekurangan unsur hara yang tersedia didalam tanah. Oleh karena itu mereka mengunakan pupuk kandang atau pupuk hijau.Pada masa pembangunan bidang pertanian kini keadaannya telah jauh lebih baik, pupuk anorganik sebagai salah satu sarana yang penting dan para PPL sebagai tenaga-tenaga pembina dan pem-bimbing para petani telah tersebar disetiap pelosok tanah air kita. Sehingga para petani selain mendapat kemudahan dalam memperoleh pupuk anorganik yang murah, juga mengetahui teknologi pe-makaiannya sehingga "defi-siensi desease" dapat diatasi sebagai-mana mesti-nya.Tentang defisiensi desease dapat mudah diatasi karena gejala-gejala akibatnya dapat mudah diketahui. Kekurangan suatu unsur akan menimbulkan kelainan pada pertumbuhan tanaman dan kelainan ini merupakan tanda yang khusus.

Gejala ini timbul karena unsur
yang dapat mempengaruhi proses-proses tertentu pada pertumbuhan tanaman tidak ada, seperti kekurangan Fe, Mg dan Mn akan menimbulkan tanda-tanda khusus pada daun menjadi klorosis ( berwarna kuning ) karena pembentukan klorofil terganggu ( ter-bengkalai).Penyakit kekurangan unsur hara dan gejala-gejala yang ditimbul-kannya dapat dikemukakan dibawah ini secara terperinci.
GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA MAKRO
KEKURANGAN UNSUR NITROGEN ( N )
Gejala sehubungan dengan kekurangan unsur hara ini dapat terlihat dimulai dari daunnya, warnanya yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning . Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklat-an.Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh pada pertumbuhan, yang dalam hal ini perkembangan buah tidak sempurna, umumnya kecil-kecil dan cepat matang. Kandungan unsur N yang rendah dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil.
KEKURANGAN UNSUR FOSFOR ( P )
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa fungsi fosfat dalam tanaman adalah: dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya, meningkatkan produk biji - bijian dan memperkuat tubuh tanaman padi-padian sehingga tidak mudah rebah. Karena itu defisiensi unsur hara ini akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang seperti misalnya pada tanaman serealia (padi-padian, rumput-rumputan, jewawut, gandum, jagung) daunnya berwarna hijau tua/ keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Tangkai daun kelihatan lancip. Pertumbuhan buah jelek, merugikan hasil biji.
Pada tanaman gandum, defisiensi zat fosfat menimbulkan gejala pada jeraminya, berwarna abu-abu, pertumbuhan tanaman sangat kerdil, hal ini diakibatkan pertumbuhan sistem perakaran yang buruk dan kurang berfungsi.
KEKURANGAN UNSUR KALIUM ( K )
Defisiensi Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda, jadi agak berlainan dengan gejala-gejala karena difisiensi N dan P.
Gejala yang terdapat pada daun terjadi secara setempat-setempat. Padapermulaannya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap dan selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampakmenguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang - tulang daun, pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor, berwarna coklat, sering pula bagian yang bercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati. Pada tanaman kentang gejala yang dapat dilihat pada daun yang mana terjadi pengkerutan dan peng-gulungan, warna daun hijau tua berubah menjadi kuning bertitik - titik coklat. Gejala yang terdapat pada batang yaitu batangnya lemah dan pendek - pendek sehinga tanaman tampak kerdil. Gejala yang tampak pada buah misalnya buah kelapa dan jeruk banyak yang berjatuhan sebelum masak, sedang masaknya buahpun berlangsung sangat lambat. Bagi tanaman yang berumbi menderita defisiensi K hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah.
KEKURANGAN UNSUR KALSIUM (Ca)
Defisiensi untuk Ca meyebabkan terhambatnya pertumbuhan sistem perakara, selain akar kurang sekali fungsinyapun demikian terhambat, gejala-gejalanya yang timbul tampak pada daun, dimana daun-daun muda selain berkeriput mengalami per-ubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis ( berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar diantara ujung tulang - tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati. Kuncup-kuncup yang telah tumbuh mati. Defisiensi unsur Ca menyebabkan pula pertumbuhan tanaman demi-kian lemah dan menderita. Hal ini dikarenakan pengaruh terkumpulnya zat-zat lain yang banyak pada sebagian dari jaringan-jaringannya. Keadaan yang tidak seimbang inilah yang menyebabkan lemah dan menderitanya tanaman ter-sebut atau dapat dikatakan karena distribusi zat - zat yang penting bagi pertumbuhan bagian yang lain terhambat ( tidak lancar).
KEKURANGAN UNSUR MAGNESIUM ( Mg )
Unsur Mg merupakan bagian pembentuk klorofil, oleh karena itu kekurangan Mg yang tersedia bagi tanaman akan menimbulkan gejala - gejala yang tampak pada bagian daun, terutama pada daun tua. Klorosis tampak pada diantara tulang-tulang daun, sedangkan tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian diantara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak kecoklatan. Daun-daun ini mudah terbakar oleh terik matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut. Defisiensi Mg menimbulkan pengaruh pula pada pertumbuhan biji, bagi tanaman yang banyak menghasilakn biji hendaknya diperhatikan pemupukannya dengan Mg SO4, MgCO3 dan Mg(OH)2.
KEKURANGAN UNSUR BELERANG ( S )
Defisiensi unsur S gejalanya klorosis terutama pada daun-daun muda, perubahan warna tidak berlangsung setempat-tempat, melainkan pada bagian daun selengkapnya, warna hijau makin pudar berubah menjadi hijau yang sangat muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya. Perubahan warna ini dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan " Tea Yellows" atau " Yellow Disease"
GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA MIKRO
KEKURANGAN UNSUR BESI ( Fe )
Defisiensi zat besi sesungguh-nya jarang sekali terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman terutama daun yang kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedia-nya zat Fe ( besi ) adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur pada tanah yang berkelebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah - daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-tempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan-kuningan, sedang tulang-tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati. Selanjutnya pada tulang-tulang daun terjadi klorosis yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna kuning dan ada pula yang menjadi putih. Gejala selanjutnya yang paling hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda yang banyak yang menjadi kering dan berjatuhan. Tanaman kopi yang ditanam didaerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur, sering tampak gejala-gejala demikian.
KEKURANGAN UNSUR MANGAN (Mn)
Gejala-gejala dari defisiensi Mn pada tanaman adalah hampir sama dengan gejala defisiensi Fe pada tanaman. Pada daun-daun muda diantara tulang -tulang daun secara setempat-setempat terjadi klorosis, dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih. Akan tetapi tulang-tualng daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai ke bagian sisi-sisi dari tulang. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi. Defisiensi ter-sedianya Mn akibatnya pada pembentukan biji-bijian kurang baik.
KEKURANGAN UNSUR BORIUM ( B )
Walaupun unsur Borium sedikit saja diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius, seperti:
* Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke bagian tepi-tepi nya. Jaringan-jaringan daun mati.
Daun-daun baru yang masih kecil-kecil tidak dapat berkembang, sehingga per-tumbuhan selanjutnya kerdil. Kuncup-kuncup yang mati berwarna hitam/coklat.
* Pada bagian buah terjadi penggabusan, sedang pada tanaman yang menghasilkan umbi, umbinya kecil - kecil yang kadang-kadang penuh dengan lubang-lubang kecil berwarna hitam, demikian pula pada bagian akar-akarnya.
KEKURANGAN UNSUR TEMBAGA ( Cu )
Defisiensi unsur tembaga akan menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
* Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna menjadi coklat dan ahkirnya mati.
* Pada bagian buah, buah-buah tanaman umumnya kecil-kecil berwarna coklat pada bagian dalamnya sering didapatkan sejenis perekat ( gum ).Gejala-gejala seperti terdapat pada tanaman penghasil buah-buahan ( yang kekurangan zat Cu ), seperti tanaman jeruk, apel, peer dan lain-lain.
KEKURANGAN UNSUR SENG/ZINKUM ( Zn)
Tidak tersediannya unsur Zn bagi pertumbuhan tanaman meyebabkan tanaman tersebut mengalami beberapa pen-yimpangan dalam per-tumbuhannya. Penyimpangan ini menimbulkan gejala-gejala yang dapat kita lihat pada bagian daun-daun yang tua:
* Bentuk lebih kecil dan sempit dari pada bentuk umumnya.
* Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun.
* Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak.
KEKURANGAN UNSUR MOLIBDENUM (Mo)
Molibdenum atau sering pula disebut Molibdin tersedianya dalam tanah dalam bentuk MoS2 dan sangat dipengaruhi oleh pH, biasanya pada pH rendah tersedianya bagi tanaman akan kurang. Defisiensi unsur ini menyebab-kan beberapa gejala pada tanaman, antara lain per-tumbuhannya tidak normal, terutama pada sayur-sayuran. Secara umum daun-daunnya mengalami perubahan warna, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk ( die back ) bisa pula terjadi pada tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara ini.
KEKURANGAN UNSUR Si, Cl DAN Na
Unsur Si atau Silisium hanya diperlukan oleh tanaman Serelia misalnya padi-padian, akan tetapi kekurangan unsur ini belum diketahui dengan jelas akibatnya bagi tanaman. Defisiensi unsur Cl atau Klorida dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang abnormal ( terutama pada tanaman sayur-sayuran), daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti itu. Defisiensi unsur Na atau Natrium bagi pertumbuhan tanaman yang baru diketahui pengaruhnya yaitu meng-akibatkan resistensi tanaman akan merosot terutama pada musim kering. Tanpa Na tanaman dalam pertumbuhan-nya tidak dapat meningkatkan kandungan air ( banyak air yang dapat dipegang per unit berat kering ) pada jaringan daun. Gejala-gejal lainnya belum diketahui secara jelas.
UNSUR FUNGSIONAL / BENEFICIAL ELEMENT
Unsur fungsional adalah unsur -unsur yang belum memenuhi kriteria unsur essensial seperti yang dikemukakan oleh ARNON & STOKT sehingga unsur-unsur ini tidak dapat digolongkan dalam unsur essensial, namun untuk penting untuk tanaman-tanaman tertentu. Dengan adanya unsur fungsional ini dapat lebih memperbaiki pertumbuhan dan kualitas hasil atau dengan kata lain, tanpa unsur fungsional ini tanaman tetap dapat men-yelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna dan normal tetapi dengan adanya unsur ini maka pertumbuhan dan kualitas akan lebih baik pada hasil tanaman tertentu, misalnya mentimun dapat mengantikan sebagaimana peranan K pada tanaman kelapa. Contoh lain dengan pemberian Na pada tanaman bit gula ( Beta vulgaris ) akan memperbesar umbi dua sampai tiga kali. Dari hasil -hasil percobaan, ternyata pada tanaman kenaf dan Rosela ( tanaman serat ) didapatkan bahwa kalau tanaman diberikan NaCl 100 ppm maka pertumbuhan lebih baik dan berat kering meningkat jika dibandingkan dengan tanpa pemberian NaCl.
Silikon(Si ) dapat menyebabkan batang tebu tahan terhadap hama penggerek batang.
Cobalt (Co) menyebabkan fiksasi N2 dari udara oleh bakteri bintil akar sehingga tanaman Leguminosa akan mendapat NH3 lebih banyak. Silikon menyebabkan padi lebih tahan terhadap serangan penyakit jamur.
Si diserap dalam bentuk SiO4-
Co diserap dalam bentuk Co++
Na diserap dalam bentuk Na+
Demikian ulasan tentang pengaruh unsur esensial terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dengan mengetahui manfaat, efek samping dan kerugian unsur-unsur esensial, setidaknya kita dapat gambaran bahwa faktor-faktor penghambat dalam rangka peningkatan produksi sudah teratasi akan tetapi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman kurang mendapat perhatian, maka usaha peningkatan produksi tidak akan berhasil dengan baik. Untuk itu disarankan untuk terus menerus mengamati dan meneliti setiap perkembangan yang terjadi pada tanaman yang dibudidayakan supaya gejala-gejala terhadap kekurangan unsur hara akan secepatnya dapat diatasi disamping itu dalam jangka panjang kita dapat mengetahui akan kandungan unsur hara dan keadaan tanah yang kita miliki dengan indikasi tanaman yang kita budidayakan sebelumnya.

Sumber: http://badrussetiawan1.blogspot.com/2010/03/pengaruh-unsur-esensial-terhadap.html

Sabtu, 21 Juli 2012

Pupuk Biologis Trichoderma

Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan tanah baik khemis, fisis maupun biologisnya. Kesuburan kimia tanah dinilai dari kandungan ion mineral dan kapasitas pertukaran kationnya untuk menyediakan makanan siap saji bagi tanaman. Kesuburan fisis adalah keadaan tanah yang tidak compact atau gembur sehingga menyediakan aerasi dan drainase yang baik dan tidak menyiksa akar tanaman. Sedangkan kesuburan biologis tanah juga sangat penting, kandungan mikroorganisme tanah yang mendukung proses penguraian bahan organik menjadi mineral anorganik adalah definisi kesuburan biologis tanah.
Perbaikan kondisi kesuburan tanah yang paling praktis adalah dengan penambahan pupuk ke tanah. Namun perlu diperhatikan keseimbangan kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan dapat efektif dan efisien. Penambahan pupuk anorganik yang menyediakan ion mineral siap saji saja akan merusak kesuburan fisis tanah, dimana tanah menjadi keras dan kompak. Dengan demikian, aplikasi pupuk organik akan sangat memperbaiki kondisi tanah. Sayang pupuk organik lebih lambat untuk terurai menjadi ion mineral, apalagi jika aplikasinya hanya berupa penambahan bahan organik mentah saja. Maka dari itu kandungan mokroorganisme tanah juga perlu diperkaya untuk mempercepat dekomposisi, sehingga kesuburan tanah dapat terjaga.
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida, Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
Pupuk biologis Trichoderma dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato Dextrose Agar). Isolasi banyak dilakukan oleh kalangan peneliti maupun produsen pupuk, tetapi masih terlalu merepotkan untuk diadopsi oleh petani. Sebagai petani, untuk lebih efisiennya dapat memproduksi pupuk biologis yang siap aplikasi saja, sehingga hanya perlu membeli dan memperbanyak sendiri biakan murninya dan diinokulasikan pada media aplikatif. Atau jika menginginkan kepraktisan dapat membeli pupuk yang siap tebar untuk setiap kali aplikasi.
Pembuatan pupuk biologis Trichoderma sangat sederhana, seperti berikut ini:
A. Bahan
Biakan murni Trichoderma sp. (kami menggunakan T. harzianum dan atau T. lactae). Media aplikatif, dapat berupa dedak karena murah dan mudah didapat. Selain dedak dapat juga tepung agar, beras, ataupun jagung giling, namun beberapa pilihan ini kurang ekonomis untuk dipergunakan. Air.
B. Alat
Alat pensteril media, dapat berupa pengkukus atau dandang. Plastik hampar dan tempat rata untuk inokulasi dan inkubasi.
C.Cara Pembuatan
Dedak dibasahi dengan air sampai kelembaban yang cukup, tidak terlalu basah (jika dipegang lembab tetapi air tidak sampai menetes). Media dedak distreilkan dengan cara mengkukusnya selama 1 jam. Setelah didinginkan, diinokulasi dengan biakan murni Trichoderma pada hamparan plastik, untuk 1 tabung reaksi biakan nurni dapat digunakan untuk inokulasi 10 Kg media dedak. Setelah inokulasi, hamparan media ditutup kembali dengan plastik, dan diingkubasikan selama 1 minggu sampai spora berkembang maksimal. Tempat inokulasi dan inkubasi diusahakan rata dan teduh, tidak lembab apalagi basah, usahakan didalam ruangan. Selesai inkubasi, pupuk dapat segera diplikasikan ke areal pertanaman ataupun disimpan. Dosis yang dapat digunakan 1 – 2 sendok makan per batang tanaman (untuk vanili). Selain pada petanaman dewasa, pupuk Trichoderma dapat pula digunakan dalam pembibitan, maupun penanaman awal dan pindah tanam.
Terimakasih kepada Riri atas artikel yang dibuatnya. Ingin berkonsultasi lebih jauh terkait Pupuk Biologis Trichoderma, silahkan menghubungi Sdri. Riri selaku Asst.Manajer Perkebunan di Villa Domba, HP.0856.438.21499 ataupun dengan Sdr. Chrismantoro Susilo selaku Manajer Perkebunan melalui HP.0815.787.30437 .Untukmu Indonesia! Salam Petani Organik!

Jasa Pengembangan Agensia Pengendali Hayati Secara Massal

Pengendalian hama penyakit secara hayati berkembang cukup pesat.  Kesadaran petani akan dampak negatif dari pemakaian pestisida kimia dalam jangka panjang telah tumbuh. Salah satu pengganti dari aplikasi pestisida kimia adalah aplikasi agensia pengendali hayati.  Agensia pengendali hayati adalah agen pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berbasis mahluk hidup.  Agensia hayati dapat digolongkan menjadi APH dari golongan mikroorganisme dan APH golongan predator.  Aph golongan mikroorganisme dibagi menjadi agensia dari golongan jamur, golongan bakteri, golongan virus, golongan nematoda dan golongan parasitoid dan parasit.  Dalam mengembangkan APH dari golongan mikroorganisme ini tidak diperlukan teknologi yang rumit.  Cukup dengan teknologi yang sederhana dan murah APH golongan mikroorganisme ini dapat dengan cepat berkembang biak.  beberapa APH dari golongan mikroorganisme ini mempunyai beberapa kelebihan dan keunggulan diantaranya adalah murah dan dapat dengan mudah dibiakkan.
Untuk membantu mengembangkan APH secara massal P2APH menyediakan jasa untuk mengembangkan agensia pengendali hayati secara masal dengan beberapa media pembawa dan formulasi.
Untuk pihak-pihak yang membutuhkan jasa dalam memperbanyak agensia pengendali hayati silahkan kontak. 081 359 080 965

UJI BERBAGAI MEDIA TUMBUH DALAM PENGEMBANGAN MASSAL APH GOLONGAN JAMUR

  1. I. PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Pengendalian Orgenisme Pengganggu Tumbuhan  (OPT) dengan mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan tidak mengganggu keseimbangan alam menuntut tanggungjawab yang besar dari para pelaku perlindungan perkebunan. Penerapan PHT dengan memadukan berbagai cara pengendalian yang kompatibel merupakan langkah yang tepat untuk mengendalikan OPT. Penerapan PHT tersebut antara lain dengan memanfaatkan penggunaan Agens Pengendali Hayati untuk pengendalian OPT.
Dalam perkembangannya ada dua macam teknologi untuk pengembangan agens pengendali hayati jenis jamur yaitu media cair dan media padat. Pengembangan media cair menggunakan media ekstrak kentang gula dan media padat menggunakan media jagung.
Pemanfaatan bekatul telah diujikan  dalam media padat jagung giling untuk perbanyakan massal agensia Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana, akan tetapi belum didapatkan hasil yang memuaskan, oleh karena itu diperlukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui media yang tepat dengan harga yang murah akan tetapi tidak mengurangi kualitas dari agensia tersebut.
Pemanfaatan kulit kakao dan kulit kopi sebagai media alternative   perbanyakan massal jamur Metarhizium dan Beauveria perlu dipertimbangkan, mengingat limbah tersebut melimpah. kulit buah kakao (KBK) merupakan limbah utama dari pengolahan coklat yang mencakup sekitar 70% dari keseluruhan buah, mengandung air sekitar 84%, serat kasar 27%, dan protein 8% (Purnama,2004)
1.2.Tujuan
  1. Mengetahui beberapa media alternatif untuk perbanyakan massal agensia pengendali hayati.
  2. Mendapatkan media yang terbaik untuk perbanyakan agens pengendali hayati tanpa mengurangi kualitas agens hayati tersebut.
1.3.Sasaran
Mendapatkan media alternatif yang tepat dan murah untuk perbanyakan massal agensia hayati namun tidak mengurangi mutu dan kualitas agensia pengendali hayati tersebut.
1.4. Waktu pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2007.
1.5. Lokasi kegiatan
Lokasi kegiatan dilaksanakan di laboratorium Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Jawa Timur.

1.6. Sumber dana
Kegiatan ini didanai APBN Satker BPTP Jatim Tahun Anggaran 2007.
1.7.  Pelaksana kegiatan
Pelaksana kegiatan                        :  1.      Vikayanti, S.Si.
2.      Umiati, SP.
  1. Dina Ernawati, SP.
  2. Cahyo Artho N, Amd.
  3. Gris Anjasanta
  4. Ruri Febrianti.
  5. Djoko Nugroho
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Metarhizium anisopliae
Taksonomi dan morfologi
Kingdom          : Fungi
Divisi                : Eumycota
Kelas               : Deuteromycetes
Ordo                : Moniliales
Famili               : Moniliaceae
Genus               : Metarhizium anisopliae (Ainsworth, 1973)
Morfologi dari Metarhizium yang telah banyak diketahui yaitu konidiofor tumbuh tegak, spora berbentuk silinder atau lonjong dengan panjang 6-16 mm, warna hialin, bersel satu, massa spora berwarna hijau zaitun.  Metarhizium sp. tumbuh pada pH 3,3-8,5 dan memerlukan kelembaban tinggi.  Radiasi sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan pada spora.  Suhu optimum bagi  pertumbuhan dan perkembangan spora berkisar pada 25-30oC.  Metarhizium mempunyai miselia yang bersepta, dengan konidia yang berbentuk lonjong.  Metarhizium anisopliae bersifat saprofit pada media buatan, awal mula pertumbuahannya adalah tumbuhnya konidium yang membengkak dan mengeluarkan tabung-tabung kecambah (Anonymous,1999).

Gambar 1.Isolat murni Metarhizium anisopliae
Tabung kecambah tersebut memanjang dan memanjang selama 30 jam.  Beberapa cabang tersebut membesar kearah atas membentuk konidiofor yang pendek, bercabang, berdekatan dan saling melilit.  Konidia terbentuk setelah satu minggu pertumbuhan, mula-mula berwarna putih kemudian berangsur menjadi hijau apabila telah masak.  Pembentukan konidia terdiri dari kuncup dan tunas yang memanjang pada kedua sisi konidiofor tersebut.  Umumnya sebuah rantai konidia bersatu membentuk sebuah kerak dalam media (Gabriel dan Riyatno, 1989).

Gambar 2. Konidia Metarhizium anisopliae

Spesias pertama genus Metarhizium (Subdivision Deteromycotina; Class Hyphomycetes; Order Moniliales). Metarhizium anisopliae, diisolasi dari serangga Coleoptera spesies Anisopliae austriacaI oleh Metchnikoff pada tahun 1878. Metarhizium spp. biasanya ada dimana-mana di seluruh dunia dalam fase yang berbeda-beda, yaitu diantara fase saprofit tanah dan fase patogen pada serangga. Metarhizium spp. (termasuk M. anisopliae, M. flavoviride, M. album dan M. brunneum) secara umum mempunyai sasaran inang yang luas.
Gambar 3. Perkecambahan  Metarhizium anisopliae
Dibawah kondisi alami, Metarhizium spp. menghasilkan dua jenis spora. Aerial conidia yang dihasilkan pada phialid-phialid selama fase saprofitik atau pada inang yang telah mati, dan didefinisikan sebagai spora-spora aseksual yang dihasilkan pada sporogenous dan hifa khusus yang dikenal sebagai phialid.  Tipe spora yang kedua adalah spora yang dihasilkan di hemolymph serangga yang biasanya disebut “blastospora”(Taborsky,1992).
2.2. Taksonomi dan Morfologi Beauveria bassiana
Kingdom          : Fungi
Divisi                : Deuteromycotina
Kelas               : Deuteromycetes
Ordo                : Moniliales
Famili               : Moniliaceae
Genus               : Beauveria
Spesies : Beauveria bassiana (Alexopoulos and Mims, 1979).
Beauveria bassiana memiliki spora berbentuk bulat, bersel satu, hialin, dan berbentuk secara tunggal pada sterigma yang pendek. Konidium B. bassiana dihasilkan secara aseksual, konidium ini terbentuk pada ujung dan sisi-sisi konidiofor, dan melekat pada sterigma yang pendek. Konidium terbentuk secara soliter, pertumbuhannya mengikuti pola berselang seling, sehingga setelah konidium masak dan terlepas dari konidiofornya nampak berbentuk zig-zag (Suharto et.al., 1998)
Gambar 3. Morfologi Beauveria bassiana
Perkecambahan konidium menghendaki atmosfer yang jenuh dan temperatur optimal untuk pertumbuhannya berkisar antara 25 – 30 0C, minimum 10 0C dan maksimal 32 0C, tergantung pada geografi asli dari isolat. Perkecambahan tidak
terjadi di bawah 10 0C atau di atas 35 0C. Titik temperatur kematian konidium diketahui pada 50 0C selama 10 menit di air. pH optimal untuk pertumbuhannya adalah 5,7-5,9 dan untuk pembentukan konidium 7-8 (Domsch et.al., 1993).
B. bassiana mengadakan penetrasi ke dalam tubuh serangga melalui kulit di antara ruas-ruas tubuh. Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula, selanjutnya hifa jamur mengeluarkan enzim kitinase, lipase, dan proteinase yang mampu menguraikan kutikula serangga. Di dalam tubuh serangga, hifa B. bassiana juga menhasilkan beberapa toksin seperti beauverisin, bassianolit, isorolit, dan asam oksalat yang mekanisme kerjanya menyebabkan terjadinya kenaikan pH hemolymph, penggumpalan hemolymph, dan terhentinya peredaran hemolymph (Robert, 1981).

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana
  1. Suhu Dan Kelembaban
Pertumbuhan dan perkembangan Metarhizium anisopliae sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan antara lain suhu, sinar matahari, pH dan kelembaban (Soenardi, 1978).
Suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur Metarhizium terutama untuk pertumbuhan dan perkecambahan konidia serta patogenesitasnya.  Batasan suhu untuk pertumbuhan jamur antara 5-35oC, pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 23-25oC.  Konidia akan tumbuh dengan baik dan maksimum pada kelembaban 80-92 persen (Burges dan Hussey, 1971).
  1. Sinar Matahari
Perkembangan konidia jamur M. anisopliae dapat terhambat apabila terkena sinar matahari secara langsung.  Konidia tidak akan mampu berkecambah apabila terkena sinar matahari langsung selama satu minggu, sedangkan konidia yang terlindung dari sinar matahari mempunyai viabilitas yang tinggi meskipun disimpan lebih dari tiga minggu (Storey dan Garner, 1988).  Pada suhu 8oC konidia yang disimpan pada kondisi gelap selama 3-5 hari masih mampu berkecambah 90%, sedangkan pada keadaan terang hanya 50% (Clerk dan Madelin dalam Wiryadiputra, 1985).

  1. Derajat Keasaman (pH)
Dalam beberapa penelitian pH media berpengaruh tehadap pertumbuhan jamur Metarhizium.  Tingkat pH yang sesuai berkisar antara 3,3-8,5, sedangkan pertumbuhan optimal terjadi pada pH 6,5  (Burges, 1981).
2.4.Kebutuhan Nutrisi Jamur Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana
Ferron (1981) berpendapat bahwa sumber nutrisi dapat berpengaruh pada pertumbuhan jamur entomopatogen. Inglod (1962) menyebutkan bahwa media jamur harus mengandung subtansi organik sebagai sumber C, sumber N, ion anorganik dalam jumlah yang cukup sebagai pemasok pertumbuhan dan sumber vitamin.  Metarhizium anisopliae juga memerlukan karbohidrat sebagai sumber karbon dalam pertumbuhannya.  Sejumlah penelitian menurut (Bilgrami dan Verma (1981) menunjukkan bahwa penggunaan karbohidrat tinggi mendorong pertumbuhan vegetatif jamur.
Pembentukan konidia jamur dipengaruhi oleh kandungan protein dalam media.  Protein diperlukan untuk pembentukan organel yang berperan dalam pembentukan apikal hifa dan sintesis enzim yang diperlukan selama proses tersebut dan enzim juga berperan dalam aktivitas perkecambahan dan protein yang diserap dalam bentuk asam amino (Garraway dan Evans, 1984).
Jamur entomopatogen membutuhkan oksigen, air dan sumber organik karbon dan energi.  Sumber nitrogen baik organik maupun anorganik dan bahan tambahan lain berupa mineral maupun pemacu tumbuh juga diperlukan.  Sumber karbon yang biasa digunakan sebagai media adalah dekstrose namun dapat diganti dengan  polisakarida seperti tajin atau lipid.  Nitrogen dapat disediakan dalam bentuk nitrat, amonia atau bahan organik seperti asam amino atau protein.  Makronutrisi penting yang lain adalah phospor (dalam bentuk phospat), potassium, magnesium dan sulfur ( yang disediakan dalam bentuk sulfat maupun dalam bentuk organik, cystein atau methionine).  Mikronutrisi penting yang dibutuhkan oleh kebanyakan jamur entomopatogen adalah kalsium, besi, tembaga, mangan, molybdenum, zinc dan vitamin B komplek, khususnya biothine dan thiamine.  Semua mikronutrisi ini biasanya terdapat dalam bahan mentah, akan tetapi dapat dipenuhi dalam bentuk protein hidrolisat atau ekstrak yeast (Taborsky, 1992).
2.5. Tinjauan media yang digunakan
Jamur adalah mikroorganisme heterotrof karena tidak memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa karbon anorganik, atau senyawa karbon yan memiliki satu karbon. Senyawa karbon organik yang dapat dimanfaatkan fungi untuk membuat materi sel baru berkisar dari molekul sederhana seperti gula sederhana dan asam organik, hingga kepada senyawa kompleks seperti karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat (Rhoosheroe dan Sjamsuridzal, 2006). Kentang, beras, dan jagung merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan mudah ditemukan di Indonesia, selain itu harganya pun juga murah.
  1. a. Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi, yaitu sebagai sumber karbohidrat. Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan (Anonim, 2006c).
              
 
 
 
 
                               Tabel 1.  Kandungan Zat Gizi Jagung
No 
Zat Gizi                 
Kandungan (Tiap 100 gr bahan) 
1
Energi (cal)
129
2
Protein (gr)
4,1
3
Lemak (gr)
1.3
4
Karbohidrat (gr)
30.3
5
Kalsium (mg)
5.0
6
Fosfor (mg)
108.0
7
Besi (mg)
1.1
8
Vitamin A (SI)
117.0
9
Vitamin B (mg)
0.18
10
Vitamin C (mg)
9.0
11
Air (gr)
63.5
(Wahyudi, 2005)
  1. b. Bekatul
               Bekatul adalah limbah hasil  dari proses penggilingan padi. Menurut Grist (1986) dan  Muchtadi, dkk (1995) dalam Ismnz (2006), bekatul merupakan hasil  sampingan dari pengolahan padi/gabah yang berasal dari lapisan luar beras  pecah kulit yang terdiri dari perikarp, lapisan aleuron, embrio, dan sedikit  endosperm.
Bekatul merupakan sumber serat pangan yang juga mengandung protein, lemak, mineral dan vitamin (Muchtadi, Nienaber dan  Susana, 1995 dalam Ismnz, 2006). Kandungan vitamin  yang terdapat pada bekatul antara lain seperti tiamin, riboflavin dan niasin  sedangkan  kandungan mineral yang dimiliki  bekatul antara lain, seperti alumunium, kalsium, klor, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, silikon, natrium dan seng (Betty, 2000 dalam Ismnz, 2006).
Dengan pertimbangan ketersediaan yang cukup serta nilai gizi bekatul yang tinggi, yaitu terdiri atas protein 14 persen, lemak 18 persen, karbohidrat 36 persen, abu 10 persen, serat kasar 12 persen, serta berbagai vitamin, hasil samping ini sangat potensial untuk dikembangkan (Pasopati, 2005).
c.  Kulit kakao
Berdasarkan analisis kimia, limbah kakao mengandung zat-zat makanan yang dapat dimanfaatkan untuk pakan. Menurut Zainuddin et al. (1995) kulit buah kakao mengandung 16,5 persen protein, 16,5 MJ/Kj kalori dan 9,8 persen lemak. Penggunaan pada ayam pedaging hingga 5 persen tidak berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan, sedangkan penggunaan di atas level tersebut dapat menyebabkan menurunnya pertumbuhan karena adanya zat-zat penghambat pencernaan seperti tanin atau asam phitat yang berpengaruh terhadap penyerapan zat-zat makan-
an (Zainuddin et al.,1995). Melalui proses fer-mentasi dengan Aspergillus niger, kandungan protein kasar kulit buah kakao dapat ditingkatkan dari 15 persen menjadi 19-20 persen (Kompiang, 2000).
Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang
dihasilkan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) Buah coklat yang terdiri dari 74 % kulit buah, 2 % plasenta dan 24 % biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22 % protein dan 3-9 % lemak (Nasrullah dan A. Ella, 1993). Pakar lain menyatakan kulit buah kakao kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88 % protein kasar (PK) 8 %, serat kasar (SK) 40,1 % dan TDN 50,8 % dan penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40 % dilaporkan oleh Anonimus (2001). Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ternak domba, bahwa penggunaan kulit buah kakao dapat digunakan sebagai substitusi suplemen sebanyak 15 % atau 5 % dari ransum. Sebaiknya sebelum digunakan sebagai pakan ternak, limbah kulit buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15 %. Pemberian kulit buah kakao yang telah diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi sebesar 0,9 kg/ hari.
Kandungan nutrisi limbah (kulit buah) kakao menurut Guntoro dan Yasa (2002)
Tabel. 2 Kandungan Nutrisi Limbah Kulit Kakao
Perlakuan limbah Kandungan nutrisi
Protein kasar Serat kasar Lemak Kalsium Fosfor

Non-Fermentasi 10,88 7,10 2,11 0,10 0,05
Fermentasi konvensional 12,12 6,42 2,02 0,11 0,08
Fermentasi dengan 17,12 4,15 2,08 0,11 0,08
Aspergillus niger
2.6. Fase Pertumbuhan Jamur
Gandjar dan Sjamsuridzal (2006) menyatakan bahwa setiap organisme, termasuk jamur mempunyai kurva pertumbuhan, begitu pula fungi.  Kurva tersebut diperoleh dari menghitung massa sel dalam waktu tertentu.  Kurva pertumbuhan mempunyai beberapa fase antara lain :
  1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan dan pembentukan enzim-enzim untuk mengurai substrat.
  2. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase aktif.
  3. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktifitas sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase yang penting dalam kehidupan fungi.
  4. Fase deselerasi (Moore-landecker, 1996), yaitu fase dimana sel-sel kurang aktif membelah.
  5. Fase stasioner, yaitu fase dimana jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif seimbang.  Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang horizontal.
  6. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup.
Kurva pertumbuhan fungi dapat dilihat pada gambar berikut :
Waktu (Jam/hari)
Gambar 4. Kurva pertumbuhan fung
Keterangan :
(1) fase lag; (2) fase akselerasi; (3) fase eksponensial ; (4) fase deselerasi ; (5) fase stasioner ; (6) fase kematian dipercepat
III.  CARA KERJA DAN PELAKSANAAN

3.1.Metode Penelitian
Hasil kegiatan dianalisa dengan menggunakan rancangan acak lengkap pada:
a. Jamur Metarhizium anisopliae menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu :
A =  pelakuan dengan media jagung (kontrol)
B =  perlakuan dengan media bekatul
C =  perlakuan dengan media jagung : bekatul = 1 : 1
D =  perlakuan dengan media jagung : bekatul = 1 : 2
b. Jamur Beauveria bassiana menggunakan 8 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu :
A = perlakuan dengan media jagung (kontrol)
B = perlakuan dengan media bekatul
C = perlakuan dengan media kulit kopi
D = perlakuan dengan media kulit kakao
E = perlakuan dengan media jagung : bekatul = 1 : 1
F = perlakuan dengan media jagung : bekatul = 1 : 2
G = perlakuan dengan media kulit kopi : kulit kakao = 1 : 1
H = perlakuan dengan media kulit kopi : kulit kakao = 1 : 2
3.2. Bahan dan alat
  1. Bahan
Bahan yang digunakan untuk mendukung kegiatan ini antara lain biakan murni jamur Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, jagung, bekatul, kulit kopi, kulit kakao, aquades.
  1. Alat
Alat yang digunakan kompor, dandang, autoclaf, entkas, plastik tahan panas berukuran 10 x 20 cm , haemacytometer, sprayer.
3.3.Cara Kerja
1. Persiapan Kegiatan
a. Pembuatan Media
Media yang digunakan ada 6 macam media dengan cara pembuatan sebagai berikut
- Media jagung
Jagung giling dicuci bersih kemudian jagung ditanak sampai setengah matang, kemudian dinginkan. Jagung giling tersebut kemudian ditiriskan dan dimasukkan ke dalam plastik tahan panas berukuran 10 x 20 cm hingga mencapai 1/3 bagian. Medium siap untuk disterilkan di autoklaf pada suhu 1200C dengan tekanan 1,5 atm selama 60 menit. Setelah medium dingin, medium siap untuk diinokulasi.
- Media bekatul
Bekatul dibasahi dengan air hangat hingga agak lembab. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan panas berukuran 10 x 20 cm hingga mencapai 1/3 bagian. Medium siap untuk disterilkan di autoklaf pada suhu 1200C dengan tekanan 1,5 atm selama 60 menit. Setelah medium dingin, medium siap untuk diinokulasi.
- Media jagung dan bekatul
Jagung dikukus setengah matang, kemudian didinginkan. Bekatul dibasahi hingga agak lembab, kemudian dicampur dengan jagung yang telah dingin, sesuai dengan perbandingan yang telah ditetapkan. Media yang sudah dingin dikemas kedalam kantong plastik berukuran 10 x 20 cm, plastik tersebut diisi 1/3 bagian. Medium siap untuk disterilkan di autoklaf pada suhu 1200C dengan tekanan 1,5 atm selama 60 menit. Setelah medium dingin, medium siap untuk diinokulasi.
-        Media kulit kopi
Kulit kopi yang telah hancur dibasahi dengan air menggunakan sprayer hingga agak lembab. Kemudian media dikemas kedalam kantong plastik berukuran 10 x 20 cm, plastik tersebut diisi 1/3 bagian. Medium siap untuk disterilkan di autoklaf pada suhu 1200C dengan tekanan 1,5 atm selama 60 menit. Setelah medium dingin, medium siap untuk diinokulasi.
-        Media kulit kakao
Kulit kakao yang telah dipecah dan dihilangkan bijinya dicuci bersih kemudian dipotong-potong dan diiris tipis-tipis untuk mempercepat proses pengeringan kulit kakao. Irisan-irisan kulit kakao tersebut lalu dijemur hingga benar-benar kering. Setelah itu kulit kakao dibasahi dengan air menggunakan sprayer hingga agak lembab.Kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan panas berukuran 10 x 20 cm hingga 1/3 bagian. Medium siap untuk disterilkan di autoklaf pada suhu 1200C dengan tekanan 1,5 atm selama 30 menit. Setelah medium dingin, medium siap untuk diinokulasi.
-        Media kulit kopi dan kulit kakao
Kulit kopi yang telah siap dicampur dengan kulit kakao  sesuai dengan perbandingan yang ditentukan. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan panas berukuran 10 x 20 cm hingga 1/3 bagian. Medium siap untuk disterilkan di autoklaf pada suhu 1200C dengan tekanan 1,5 atm selama 30 menit. Setelah medium dingin, medium siap untuk diinokulasi.
Setiap media sebelum disterilisasi ditimbang dahulu baik berat sebelum dimasak atau dibasahi dengan air (berat kering) dan berat setelah dimasak atau dibasahi dengan air (berat basah) untuk menghitung kadar air masing-masing media.
Kadar air (%) =
  1. 2. Pengamatan
Dari masing-masing media diamati pertumbuhannya, kemudian dihitung jumlah spora serta viabilitas sporanya. Perhitungan jumlah spora dan viabilitas spora dihitung tiap minggunya selama 1 bulan.
a. Perhitungan jumlah spora
1        Teteskan larutan agensia hayati yang akan dicek virulensinya diatas haemacytometer dan letakkan cover glass diatasnya.
2        Tekan cover glass pelan-pelan dan biarkan sampai 5 menit agar  larutan tenang.
3        Hitunglah spora  pada kotak 1 dan kotak 2, kemudian dirata-rata.



Gambar 5. STANDAR HAEMACYTOMETER NAUBAUER
i
Gambar 6. Bidang Pandang Hitung Haemacytometer tipe Improve Nauber
a. Untuk spora besar
Misal : Metarhizium anisopliae


Rata-rata          = Total A+B+C+D+E 5
Jumlah spora    = Rata-rata x Constante
= Rata-rata x 10.000 spora/ml
Gambar 7. Ketentuan Posisi Spora yang masuk dalam kotak perhitungan



b. Untuk spora kecil
Misal : Beauveria bassiana


Rata-rata          = Total a+b+c+d+e 5
Jumlah spora    = Rata-rata x Constante
= Rata-rata x 250.000 spora/ml.
c. Untuk spora sedang


Rata-rata          = Total f+g+h+I+j 5
Jumlah spora    = Rata-rata x Constante
= Rata-rata x 200.000 spora/ml.



b. Perhitungan Viabilitas Spora
1        Untuk mengetahui viabilitas spora umur biakan yang digunakan berkisar 10 – 12 hari. Idealnya viabilitas yang bagus adalah 100%. Namun apabila semakin lama disimpan, viabilitas akan menurun . Media yang bagus dapat bertahan sampai 2 tahun.
2        Ambil spora pada biakan yang sudah disiapkan, dan pindahkan dengan jarum ose dan lakukan pengenceran berseri. Apabila perlu masukkan sedikit detergent dengan menggunakan ujung ose dan goyangkan.
3        Inkubasikan selama 18-24 jam.
4        Tambahkan setetes lactofenol/cotton blue diatas permukaan media pada masing-masing petri.
5        Letakkan beberapa cover glass diatas permukaan media pada masing-masing petri.
6        Amati dibawah mikroskop dengan tutup petri terbuka dengan perbesaran 100x.
7        Hitung minimum 200 spora, lebih banyak akan lebih representatif.
8        Yang dihitung adalah spora yang berkecambah dengan diameter ³ 2 x diameter spora.
9        Setiap konsentrasi dilakukan 3 kali ulangan.
10      % perkecambahan =     spora berkecambah       x   100 % spora tidak berkecambah

Perhitungan viabilitas spora menggunakan rumus :



  • Ambil 3 kultur media dalam petridish dan tambahkan diatasnya 0,1 ml hasil pengenceran. Kemudian  diratakan.
Gambar 8. Proses pengenceran bertingkat





Jamur Perlakuan
Jumlah spora (gr/ml) Viabilitas (%)
Pengamatan ke- Pengamatan ke-
I II III IV I II III IV
Beauveria bassiana Jagung
259,722,2 - 9,225,000 10,350,000 0 - 0 0

Bekatul
0 - 4,675,000 Kontaminasi 0 - 0 0

J1B1
125,000 - 6,000,000 Kontaminasi 0 - 0 0

J1B2
1,058,333 - Kontaminasi 0 - 0 0

Kakao
Kontaminasi 0 - 0 0

Kopi
Kontaminasi 0 - 0 0

Ko1Ka1
Kontaminasi 0 - 0 0

Ko1Ka2
Kontaminasi 0 - 0 0
Metarhizium anisopliae Jagung
411,000 - 1,389,000 6,288,000 0 - 0 0

Bekatul
24,000 - Kontaminasi 0 - 0 0

J1B1
Kontaminasi 0 - 0 0

J1B2
68,000 - Kontaminasi 0 - 0 0
  1. IV. Hasil dan Pembahasan

Tabel 3. Jumlah Spora dan Viabilitas
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa perlakuan dengan media jagung menghasilkan rata-rata jumlah spora tertinggi pada jamur Beauveria maupun Metarhizium.  Hal tersebut karena kandungan nutrisi jagung lebih tinggi dibandingkan dengan  bekatul, kulit kopi maupun kulit kakao.  Dengan kandungan karbohidrat sebesar 30.3 % per 100 gram dan protein 4,1 % mampu memberikan suplai energi sebesar 109 %.  Dengan kandungan nutrsi tersebut jagung sangat cocok digunakan sebagai media perbanyakan jamur Namun nilai ekonomis jagung yang cukup tinggi.  Salah satunya digunakan sebagai bahan pangan masyarakat maka perlu dilakukan modifikasi media tumbuh jamur Metarhizium dan Beauveria.  Pemanfaatan bekatul serta beberapa jenis limbah pertanian, kulit kopi dan kulit kakao diharapkan  mampu mengurangi kebutuhan jagung sebagai media tumbuh jamur.  Dari hasil uji media pemanfaatan bekatul, kulit kopi serta kulit kakao.  Ternyata hasil uji belum memuaskan.  Hal ini berdasar hasil penghitungan spora yang telah dilakukan.  Setelah proses inkubasi, media perbanyakan bekatul, kulit kopi dan kulit kakao ditumbuhi jamur-jamur kontaminan yang sebagian besar dari golongan Aspergillus.
Berdasar hasil perhitungan jumlah spora pada tabel. Jumlah spora tertinggi diperoleh dari jamur Metarhizium dan Beauveria bassiana yang ditumbuhkan pada media jagung giling.  Sedangkan pada media perbanyakan  jagung-bekatul, kulit kopi dan kulit kakao mengalami kontaminasi.  Kontaminan yang tumbuh pada media jagung bekatul, kulit kopi serta kulit kakao diduga berasal dari media yang kurang steril.  Penggunaan bekatul, kulit kopi dan kulit kakao sebagai media tumbuh tanpa proses pemasakan diduga menjadi penyebab tumbuhnya kontaminan-kontaminan. Untuk itu perlu dilakukan uji kembali dengan metode persiapan media yang berbeda. Selain menggunakan metode penyiapan media yang berbeda, perlu dilakukan pemilihan media alternatif yang berbeda pula.  Hal ini harus didasarkan pada kandungan nutrisi media yang dipilih.  Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) Buah coklat yang terdiri dari 74 % kulit buah, 2 % plasenta dan 24 % biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22 % protein dan 3-9 % lemak (Nasrullah dan A. Ella, 1993). Kulit buah kakao kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88 % protein kasar (PK) 8 %, serat kasar (SK) 40,1 % dan TDN 50,8 % dan penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40 %. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ternak domba, bahwa penggunaan kulit buah kakao dapat digunakan sebagai substitusi suplemen sebanyak 15 % atau 5 % dari ransum. Sebaiknya sebelum digunakan sebagai pakan ternak, limbah kulit buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15 %. Pemberian kulit buah kakao yang telah diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi sebesar 0,9 kg/ hari.
Berdasar informasi tersebut dapat diketahui bahwa kulit kakao kurang cocok dimanfaatkan sebagai media alternatif jamur Metarhizium dan Beauveria. Dengan kandungan lignin yang tinggi pada kulit kakao dapat menghambat proses penyerapan nutrisi.  Beberapa jamur yang  hanya dapat tumbuh pada kulit kakao adalah dari golongan Aspergillus.  Jamur Aspergillus, terutama dari spesies niger biasa dimanfaatkan untuk menurunkan kadar lignin pada kulit kakao yang akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak  Dengan demikian kulit kakao kurang tepat digunakan sebagai media tumbuh jamur Metarhizium dan Beauveria. Hal ini didasarkan pada kandungan lignin pada kulit kakao yang menyebabkan jamur Metarhizium dan Beauveria mengalami kesulitan mendegradasi nutrisi pada kulit kakao.  Sehingga pemanfaatan kulit kakao sebagai media perbanyakan jamur Metarhizium dan Beauveria bassiana perlu proses penurunan kadar lignin terlebih dahulu.
               Lain halnya dengan media bekatul, bekatul adalah limbah hasil  dari proses penggilingan padi. Menurut Grist (1986) dan  Muchtadi, dkk (1995) dalam Ismnz (2006), bekatul merupakan hasil  sampingan dari pengolahan padi/gabah yang berasal dari lapisan luar beras  pecah kulit yang terdiri dari perikarp, lapisan aleuron, embrio, dan sedikit  endosperm.
Bekatul merupakan sumber serat pangan yang juga mengandung protein, lemak, mineral dan vitamin (Muchtadi, Nienaber dan  Susana, 1995 dalam Ismnz, 2006). Kandungan vitamin  yang terdapat pada bekatul antara lain seperti tiamin, riboflavin dan niasin  sedangkan  kandungan mineral yang dimiliki  bekatul antara lain, seperti alumunium, kalsium, klor, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, silikon, natrium dan seng (Betty, 2000 dalam Ismnz, 2006).
Dengan pertimbangan ketersediaan yang cukup serta nilai gizi bekatul yang tinggi, yaitu terdiri atas protein 14 persen, lemak 18 persen, karbohidrat 36 persen, abu 10 persen, serat kasar 12 persen, serta berbagai vitamin, hasil samping ini sangat potensial untuk dikembangkan (Pasopati, 2005).  Dengan kandungan nutrisi yang cukup tinggi tersebut bekatul layak untuk dignakan sebagai media tumbuh jamur.  Tetapi hasil uji yang telah dilakukan ternyata media bekatul maupun jagung yang dicampur dengan bekatul mengalami kontaminasi yang cukup tinggi.  Kontaminan yang terbesar adalah dari golongan Aspergillus.  Kontaminasi yang cukup besar dari media bekatul diduga kerena media bekatul tidak melalui proses pemasakan.  Dari metode yang dilakukan media bekatul hanya disterilisasi.  Untuk itu pada uji selanjutnya perlu adanya perubahan metode persiapan media bekatul.
Pada uji media ini viabilitas spora jamur Metarhizium dan Beauveria bassiana bernilai nol.  Nilai tersebut terdapat di semua media uji.  Media yang digunakan untuk menguji viabilitas adalah PDA (Potato Dekstrose Agar) datar dengan metode standar BPTP.  Dengan kejadian tersebut maka perlu dilakukan analisa metode uji viabilitas dengan pertimbangan pengembangan metode yang sudah ada baik dari segi media yang digunakan maupun langkah-langkah metodologinya.
Dengan hasil tersebut maka Uji Media Perbanyakan Massal Jamur Entomopathogen perlu dilakukan kembali pada tahun berikutnya dengan menggunakan metode yang berbeda.


  1. V. Penutup

5.1. Kesimpulan
  1. Jagung masih merupakan media perbanyakan yang terbaik bagi pertumbuhan jamur Metarhizium dan Beauveria bassiana. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, kualitas jamur dipandang dari jumlah spora, media jagung menghasilkan pertumbuhan jumlah spora yang lebih baik dibanding dengan media bekatul, kulit kopi dan kulit kakao.
  2. Kulit kakao dan kulit kopi kurang cocok dikembangkan sebagai media perbanyakan massal alternatif untuk jamur Metarhizium dan Beauveria bassiana.
  3. Penggunaan bekatul sebagai media perbanyakan memerlukan proses pemasakan terlebih dahulu sebelum digunakan.
5.2.       Saran
  1. Metodologi persiapan media perlu perbaikan karena beberapa hasil uji banyak mengalami kontaminasi.
  2. Pemilihan media alternatif harus mempertimbangkan jumlah nurtisi yang dibutuhkan oleh jamur yang terkandung dalam media tersebut.